Pada suatu ketika, Nabi Musa menyampaikan pesan dari Allah kepada Firaun dan pengikutnya. Mereka diminta untuk menyembah Allah. Apabila mereka tidak mau, Allah akan menurunkan azab. Namun mereka tidak takut dengan ancaman Allah. Setelah itu, Allah mendatangkan musim kemarau yang panjang, Sungai Nil menjadi kering dan tanaman tidak tumbuh. Pengikut Firaun tetap tidak mau beriman. Mereka beranggapan bahwa bencana tersebut disebabkan oleh Nabi Musa. Akhirnya, Allah menurunkan hujan setelah Nabi Musa berdoa. Dengan demikian, tanaman dapat tumbuh lagi Firaun dan pengikutnya merasa hal itu adalah hasil usahanya.
Kemudian, Allah menurunkan topan yang dahsyat. Tanaman mereka rusak. Para pengikut Firaun pun mendatangi Nabi Musa. Mereka meminta bencana topan dihentikan. Mereka juga berjanji akan menerima ajaran Nabi Musa. Setelah itu, Allah menghentikan bencana topan dan tanaman tumbuh subur kembali. Namun, mereka ingkar terhadap janji mereka. Berulang kali Allah menurunkan azab. Berulang kali pula mereka meminta bantuan Nabi Musa dan mengingkari janji mereka sendiri. Hanya sedikit pengikut Firaun yang beriman kepada Allah swt.
Kisah azab Allah kepada Firaun dan pengikutnya ada dalam Al-Quran Surat Al-Araaf ayat 130-131. “Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.”
Dalam ayat 133-134 Surat Al-A”raaf dijelaskan tentang azab Allah kepada kaum Firaun. “Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israel pergi bersamamu.”
Allah menghilangkan azab mereka. Namun, mereka mengingkari janji mereka. “Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.” (Al- Quran Surat Al-A”raaf ayat 135).
Sikap Firaun Yang Angkuh
Firaun risau dengan pernyataan Nabi Musa bahwa ada tuhan yang lain selain dia. Ia menganggap dirinya sebagai tuhan. Rakyatnya diminta menyembah dirinya. Kemudian, ia mengumpulkan rakyatnya. Dia antara yang hadir terdapat Haman. Haman adalah salah seorang menteri Firaun. Firaun memerintahkan kepada Haman, “Aku ingin kau membangun bangunan tinggi pencakar langit. Tingginya harus mencapai pintu-pintu langit. Aku akan naik dan melihat wajah Tuhannya Musa. Bukankah Tuhannya Musa berada di atas langit?”. Haman menyanggupinya. Ia mengumpulkan ribuan tukang batu dan tukang kayu.
Pada akhirnya, bangunan telah selesai dibangun. Puncak bangunan tidak kelihatan karena sangat tinggi. Firaun pun segera naik di bagian puncak yang paling tinggi. Di tempat itu. ia mengarahkan anak panahnya ke langit. Dengan izin Allah, anak panah jatuh di hadapan Firaun. Anak panahnya berlumuran darah karena sebelumnya telah dicelupkan ke dalam darah. Firaun menyombongkan diri dan berkata. “Lihatlah, aku telah membunuh Tuhannya Musa.”
Firaun memandang baik perbuatan buruknya. Semua tipu dayanya akan membawa kerugian. Kisah ini diceritakan dalam Surat Al-Mukmin ayat 36-37. Dan berkatalah Firaun, “hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai kepintu-pintu (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar) dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian ( Al-Quran Surat Al-Mukmin ayat 36-37).
Bani Israil Meninggalkan Mesir
Pada masa pemerintahan Firaun, kaum Bani Israel telah menjadi pengikut Nabi Musa. Mereka percaya bahwa nabi Musa adalah utusan Allah. Firaun sangat tidak senang dengan keadaan demikian. Oleh karena itu, Firaun berkeinginan menghancurkan kaum Bani Israel dan Nabi Musa. Nabi Musa dan kaum bani Israel merencanakan untuk pergi meninggalkan negeri Mesir. Pada suatu malam, mereka berkumpul di suatu tempat yang telah ditentukan. Mereka pergi meninggalkan tanah Mesir menuju ke negeri Palestina. Mereka pergi secara diam-diam karena khawatir diketahui oleh Firaun dan tentaranya.
Bani Israel melewati padang pasir hingga sampai ditepi laut. Sementara itu, tentara Firaun melakukan pengejaran kepada mereka. Bani Israel kebingungan karena mereka tidak tahu cara untuk menyeberangi lautan. Bala tentara Firaun semakin dekat dengan kaum Bain Israel. Kaum bani Israel dalam kondisi mulai panik. Mereka marah dan menyesal telah menjadi pengikut Nabi Musa. Salah seorang pengikut Musa mengatakan bahwa mereka benar-benar akan tersusul oleh tentara Firaun. Kemudian, nabi Musa berkata, “Kita tidak akan tersusul.
Sesungguhnya Tuhanku besertaku. Allah akan memberi petunjuk kepadaku. Perjalanan kita ini diperintahkan oleh Allah kepadaku. Dialah yang akan menyelamatkan kita.” Nabi Musa berusaha menenangkan orang-orang bani Israel. Kisah ini diceritakan dalam Al-Quran Surat Asy-Syuara ayat 61-62. “maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab . “Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak. Dia akan memberi petunjuk kepadakuku.” (Surat Asy-Syau’ara ayat 61-62).
Kematian Firaun
Mereka terlihat panik karena tentara Firaun semakin dekat dengan mereka. Dalam kondisi yang genting itu. Allah memerintahkan Nabi Musa untuk segera memukulkan tongkatnya ke laut. Setelah memukulkan tongkatnya, terbelahlah lautan hingga terbentuk dua belas lorong yang lurus. Kaum Bani Israel segera berlari di jalan tersebut menuju seberang laut. Melalui jalan itu juga, Firaun dan tentaranya mengejar mereka.
Nabi Musa dan kaum Bani Israel telah sampai di seberang laut. Sementara itu, Firaun dan tentaranya masih berada ditengah laut. Pada saat itulah, Allah memerintahkan laut untuk kembali pada keadaan semula. Firaun dan tentaranya pun tenggalam. Firaun menjadi lemas. Ia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Namun Allah telah menutup pintu tobat bagi Firaun. Firaun mati lemas di tengah laut.
Menurut ahli sejarah, jasad Firaun terdampar dipantai dan ditemukan oleh orang-orang Mesir. Jasadnya dibalsem dan masih utuh hingga sekarang. Kisah kematian Firaun diantaranya dalam Surat Yunus ayat 90-92. “Dan Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka) hingga ketika Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Kaum Bani Israil Tidak Bersyukur
Nabi Musa dan kaum Bani Israel telah selamat dari kejaran Firaun dan tentaranya. Mereka berada di seberang lautan. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan. Dalam Surat Al-A”raaf ayat 38 dikisahkan bahwa dalam perjalanan kaum Bani Israel melihat sekelompok orang yang menyembah berhala. Kemudian mereka meminta Nabi Musa membuat patung berhala. Nabi Musa menjawab, “Sungguh kamu orang-orang yang bodoh. Pantaskah aku mencari tuhan untukmu selain Allah, padahal Allah yang telah melebihkanmu dari umat yang lain.”
Pada saat mereka sampai di Gunung Sinai, mereka kepanasan. Allah pun menciptakan awan. Dengan demikian, mereka dapat terlindung dari panas matahari. Allah juga memberikan makanan kepada mereka saat persediaan makanan mereka telah habis. Ketika air telah habis, Allah mewahyukan kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya pada batu. Air pun keluar dari batu tersebut.
Allah telah memberikan karunia yang melimpah pada kaum Bani Israel. Namun, mereka belum merasa puas. Mereka menginginkan makanan yang lain. Kemudian, Nabi Musa menyindir mereka dengan berkata, “Pergilah ke Mesir ! Disana kamu akan mendapatkan apa yang kalian inginkan.”
Al-Quran mengisahkan nikmat Allah yang diberikan kepada kaum bani Israel. Di antaranya adalah dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 57, “dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “Manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan kepadamu dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” Manna adalah makanan manis sejenis madu, sedangkan Salwa adalah burung sebangsa burung puyuh.
Demikianlah kaum Bain Israel yang tidak bersyukur dan tidak bersabar. Sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. Allah tidak memerlukan syukur dari hamba-hamba-Nya.